Selasa, 25 Oktober 2011

ALAM RAYA SEKOLAH KU


I'am Koessame
Selasa 25 Oktober 2011 tepatnya pukul 02.12 WIB, saya mencoba menulisakan isi fikiran saya yang selama ini dalam keseharian saya lumayan begitu mengancam otak saya pada apa yang saya lihat, rasakan, lakukan, fikirkan dan saya coba untuk mencari jalan tengah atas apa yang saya anggap suatu masala dalam kehidupan ini, entah itu kekurangan, kelebihan, kesempurnaan, kejanggalan, kesalahan, kebenaran, kemunafikan, kebaikan, kejahatan atau tindakan dari ketidak adilan manusia dalam kehidupan nyata maupun tanpa kesadaran optimal.






Cendrung berfikir membuat saya merasa heran, gelisah, takut dan ragu ketika harus saya tanyakan kembali, apakah fikiran saya ini masih dibatas suhu yang normal atau sudah mencapai titik akhir dari kegilaan saya. Meski kadang membuat saya berani, kuat, bijaksana bahkan sabar ketika saya mendapatkan suatu jawaban yang saya cari sendiri ataupun datang dengan putaran waktu keseharian saya ini, terkadang keputusan yang saya ambil itu kurang tepat bahkan sama sekali tidak memberikan saya hasil yang memuaskan. Apakah itu keputusan yang kurang benar, kurang wajar atau keputusan yang kurang pintar.

YAH jika membicarakan soal benar, wajar dan pintar, mungkin itu bukanlah sosok dari saya (yah kalau saya ingat-ingat ucapan penilaian orang-orang disekitar saya, saya itu bertampang jelek, itam dekil and the kummel) sangat tidak mungkin kan jika ada yang bilang saya itu adalah orang yang benar, wajar dalam segala hal atau pintar dalam pemikiran…….??
Saya rasa itu pun juga tidak, tapi di dunia ini kanbukanlah dunia robot-robotan, dimana penghuninya berprilaku sama, berfikiran sama dan berpakaian sama atau bias dibilang seragam dalam segala aspek, hal dan perasaan ….!!!
Dan saya sangatlah meyakini itu, jadi menurut saya amatlah tidak menutup kemungkinan jika ada yang mengatakan seseorang yang seperti saya sebutkan diatas adalah orang yang benar, wajar dalam segala hal atau pintar dalam pemikiran…!

Dunia itu panggung sandiwara seperti lagunya God Bless salah satu band legendaris Indonesia, saya sangat setuju sekali dengan pemikiran tersebut. Mengapa tidak…? Yah seperti yang saya yakini tadi juga, kalau didunia ini bukanlah dunia robot, tapi ini dunia manusia mahluk paling sempurna dan bijak sana (katanya…!?). berbagai sifat, tingkah, dan laku manusia tentunya sangatlah lazim dan wajar-wajar saja jika berbeda dan tidak sama. Ada yang sombong, angkuh, ramah, pemarah, sabar, bijaksana, rajin, malas, baik, jahat dan banyak lagi yang lainnya. Itu baru dari segi sifat atau karakter manusia, belum lagi dari gaya, suku, adat, budaya, bahasa, ras, dan etnisnya. Contohnya seperti gaya yang menjadi pendukung sifat-sifat tersebut, ada yang gaul, kuper, norak, keren, urak-urakan, cupu dan masih banyak lagi tentunya.

Bayangkan saja berapa banyak perbedaan tersebut, Apakah semua ada pada diri kita?Jika kalian menjawab tidak, maka saya bertanya lagi, “Apakah semua itu dapat atau mampu untuk kita mengrti”?jika jawaban kalian juga tidak, Tanya saya “Apakah kalian mampu menerima apa adanya lalu mengatasinya dengan rasa memakluminya”? jika kalian tetap menjawab tidak, tidak, tidak dan tidak, maka Tanya saya kali ini justru mengapa TIDAK???
kitakan manusia, sama-sama manusia, tentunya sama seperti yang lainnya, jika yang lain berbeda dari kita sudah pasti juga kita berbeda dengan yang lainnya, walau pun ada persamaan yang kadang terjadi, itu kan bukan berarti semuanya (hanya sebagian kecil saja) benarkah atau tidak…??
Jika benar, mengapa harus itu menjadi permasalahan kita di bumi manusia ini?

Apakah itu disebut permasalahan kita selama ini, ataukah keragaman kita diatas Bumi ini, atau mungkin perbedaan?Yang membuat permusuhan kita semakin meluas di alam raya ini hingga pada saat ini….?
Jika kalian menjawab “IYA” maka fikiran bodoh saya mengatakan “TIDAK”, menurut saya inilah yang disebut MANUSIA.

Berbagai peran, lakon, watak, kemampuan, hingga kekurangan dan kelabihan yang berbeda menurut saya sesungguhnya sangat akurat untuk dijadikan pembelajaran di dalam diri, khususnya diri sendiri.  Karna seiring perbedaan kita dalam berpenilaian, berfikiran dan berpendapat, disana kita bias saling mengerti dan memahami, melengkapi dan menutupi, hingga tercapailah kedamaian kita diBumi Manusia ini. Bukannya untuk memilah mana yang baik untuk kita dekati dan mana yang jahat untuk kita jauhi atau menjadikan sebuah tandingan mana yang kuat kita junjung tinggi dan mana yang lemah ialah yangtertindas dan yang dibodohi.

Kenyataan adalah ilmu, alam raya adalah ruang lingkup sekolah yang terkadang menurut saya didalam menyikapi ini, kedewasaan adalah jalur perhubungan yang lumayan baik untuk kita pakai. Bukannya hanya melihat dengan dari sekedar images (penampilan luar) saja, jika orang itu berpenampilan rapi maka bisalah dikatakan pantas untuk dikasihi, sebaliknya jika orang itu urak-urakan maka yang timbul ialah aroma kecurigaan yang berpenilaian bahwa orang itu tidak baik untuk di kasihi meskipun sekedar untuk di dekati.

Ini membuat saya berfikir dan berfikir lagi kalau yang namanya fikiran manusia pada jaman penjajahan tidaklah ada bedanya dengan jaman dimana tercapainya suatu kemerdekaan yang sakral terjadi khususnya di Negri ini.  sebab ketika saya lihat, rasakan dan fikirkan, saya mendapati kejanggalan-kejanggalan pada manusia saat ini, apakah pengaruh pasca penjajahan hingga sekarang masih belum dapat diatasi hingga penilaian yang disebut dengan sebelah mata saja masih terus berkecimpungan dikehidupan kita saat ini.contohnya penganggapan terhadap istilah pereman yang bergaya khas urak-urakan selalu dikaitkan dengan istilah criminal..!! padahal nyatanya tidaklah semua orang yang berciri khas urak-urakan ala pereman itu selalu bertindak criminal..!!


Pernah lihat orang-orang yang disebut “anggota” atau orang-orang yang biasanya bergerak dibidang social dan politik?
Pengeroyokan oleh Oknum Pol PP
Seperti halnya Anggota dewan atau majelis pemirintahan dalam negri, dan beserta kaki tangannya untuk melaksanakan kebijakannya seperti  kemiliteranPolisi atau Sat Pol PP . kalau dilihat dari penampilan saja betapa mantapnya orang-orang tersebut? Tapi coba diralat lagi penglihatan itu dengan akal dan fikiran manusia sewajarnya berdasarkan fakta, apakah tindak kapitalisasi didalamnya itu wajar untuk seorang yang berpangkat, bergelar, terpandang, berpendidikan tinggi dan terhormat itu untuk disanjungi, dibanggakan dan dihormati? Lihat saja pada kelakuannya dengan pengkorupsian terhadap Negara sendiri yang sering dilakukannya, belum lagi tindak kekerasan, perampasan hak orang miskin yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berpangkat itu, semua itubukankah  hanyalah pormalitas saja? Apakah itu yang juga disebut dengan wewenang dan apakah wewenang seperti itulah menyebabkan mereka kita hormati?

Denganmengorientasikan uang didalam segala hal itu sering kita temui disetiap lembaga-lembaga yang bergerak dibidang social dengan beragumentasikan UUD yang selalu dirancang menyudutkan rakyat dalam kesengsaraan dan berujung uang yang dengan alasan denda, atau yang disebutnya dengan pajak dari rakyat untuk rakyat. Contohnya juga hal yang sering disebut penertipan lalu lintas/ rajiah yang tak lain itu hanyalah berdampak pada uang lagidan lagi. Sama halnyadengan dokter, yang selalu mengutamakan uang dengan membelakangi kepentingan kemanusiaan. Hah basi tau nggak?

Sebelum menilai dan memberikan penilain terhadap orang bukankah lebi baik hendaklah berfikir dulu,itukan salah satu kelebihan manusia yang berakal fikiran dan bernaluri manusiawi bukan hewani. Manusia diciptakan bukan hanya untuk melihat lalu percaya saja, tetapi juga untuk berfikir guna mencari kebenaran tersebut, karna menilai dengan melihat saja itu belum cukup bijak untuk sebuah argumentasi, tapi berfikirlah lalu bertindaklah ketika mengetahui, sebab kalau hidup hanya berargumentasi saja tanpa penyelusuran jalan tengah itu sama saja tidak ada gunanya?

Pernah berfikir jika suatu saat andalah orang yang dikatakan tidak baik untuk dikasihi  tanpa terkecuali meskipun hanya sekedar untuk di dekati…..??
Bukankah yang anda tau bahwa yang namanya setiap MANUSIA itu BERBEDA dari segi apapun termasuklah cara berfikir dan berpenilaian, bahkan anda sendiri sering menemuinya…!
Bagaimana perasaan anda?SEDIH?
jika anda merasakannya, maka itulah juga yang dirasakan orang ketika ada yang berfikir atau menilai atau juga langsung mengatakan tentang dirinya bahwa dirinya itu tidaklah pantas di dekati apa lagi untuk dikasihi…! Waaau…mengrikan bukan? MAU…?

Jika ada yang meminta suatu penilaian saya terhadapnya, saya berfikir lebih baik saya diam saja ketimbang menyakitinya, apa lagi berpura memujinya, yang bila pada kemudian hari ia mengetahui ketidak benaran dari penilaian saya itu ternya hanya pura-pura, itukan sudah pasti sangat lebih menyakitinya hehehehehe… karna terus terang saya sama sekali tidak suka yang namanya sifat basa-basi, karna itu bagi saya hanyalah sifat seorang yang munafik ketika kalau saja ada yang dimaunya maka itulah yang akan dilakukannya (Merayu/Gombal). Yah mungkin tidak sedikit juga kali yah, yang mengatakan kata pujangga seperti memuji tapi Cuma pura-pura saja terhadap saya…hehehehehe, yah tidak apa-apalah namanya juga manusia lazim dalam kekurangan dan kesalahan.

Marjinal
Semua Orang Itu Guru, Alam Raya Itu Sekolah Ku…!
setuju nggak sama selogan diatas yang tercetus pada sebuah lagu milik band Punk Indonesia yaitu MARJINAL  berjudul Belajar Sama-Sama. Yang berdasarkan dari keadaan dan lingkungan terkadang dapat terbentuknya sifat dan karakteristik kita, mau pun itu secara fisik atau pun secara pemikiran. Juga terkadang itu bias terjadi ketika dari pengalaman orang lain kita terima, mau itu secara mendengar cerita mulut ke mulut hingga masuk keperut, atau juga berdasarkan dari kejadian yang kita lihat sendiri, atau pun secara langsung dan tidak langsung, opini dan nyata.

Saya rasa tidak sedikit dari kita yang tidak menyadari adanya ilmu yang nyata bermanfaat  dan geratis tanpa pungut biayah di Alam Raya ini, tidak seperti lembaga social yang dibangun pemerintah maupun swasta dengan gedung mewah-mewahan di pusat kota, namun dibiarkan menjadi sampah untuk yang di desa-desa. Wah wah wah..merata yah, persis yang diucapkan sewaktu kampanye kosong berjalan (nihilism). Dilembaga yang disebutnya lembaga social tersebut juga tersedia fasilitas MUNAFIK/Kapitalis yang bias dikatakan cukup besar untuk khususnya di Negri ini. Seperti kata “social”, apanya yang social?Uangnya?Lantas bagaimana dengan orangnya yang mau sekolah? Syarat yang paling utama di ajukan pada calon siswa/i  pasti harus punya uang yang cukup dulu kan seperti yang di inginkannya, iyakan?

Tapi jika menurut saya di Bumi Manusia ini kita tidaklah sombong dan pintar membedakan yang namanya sifat angkuh dan ilmu, maka terbukalah segala mata hati kita, bukannya menutup segala apa pun yang di lihat tidak pantas atau tidak berguna dari seseorang layaknya SAMPAH. Bukankah ilmu yang anda dapati dengan mahal di gedung sekolah Negri/Swasta itu anda diajarkan memanfaatkan sampah (daur ulang)seperti sekor sapi yang dari ujung bulunya hingga tai nya dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia!?

Satu ajaran yang pernah saya terima ketika Orang Tua menasehati anaknya yang masih kecil dengan asumsi belum berakal fikiran layaknya orang yang sudah dewasa (pandai-pandailah memilih orang untuk menjalin hubungan tertentu, sebab jika salah memilih maka terjerumuslah kita bersamanya) itu sih Bunglon namanya, menurut saya itu perlu untuk di kembalikan lagi kepada individu masing-masing, sebab itu kan tergantung pada diri sendiri, jika memang kita memiliki sifat seperti itu wajar saja bila kita seperti yang dikatakannya, sama orang itu kan tidak harus pilih-pilih, bagai mana jika anda sendiri yang dijadikan bahan untuk pilahan!? Hal seperti itu memang sering disampaikan ortu kepada  anak-anaknya, tapi apakah hal seperti itu sangatlah baik untuk anda yang sudah dapat membedakan yang mana namanya sekor bunglon dengan Seorang Manusia?

Alam Raya Sekolah Ku
Jadikanlah perbedaan dalam bentuk apa pun sebagai sarana ilmu pembelajaran diri, bukan untuk menindas, memusuhi, membodohi atau bahkan untuk memerangi sesama, tanyakan kembali pada diri anda, siapakah anda? Apakah hak anda?.
Perbedaan bukanlah masalah namun ragam manusia.
Yang anda lihat baik, belum tentu baik sebaliknya juga yang anda lihat buruk belumlah tentu buruk juga adanya.Jangan hanya mempercayai, sebab manusia diciptakan untuk berfikir.
Perbedaan seseorang semua saya yakini sudah memiliki alsan (argumentasi) yang tentunya tepat untuk seseorang itu sendiri, hargai pendapat orang selama pendapat anda masih ingin untuk dihargai orang.

Tulisan saya bukan untuk mengurui dan digurui, namun saya hanyalah manusia yang mencoba berbagi apa yang saya rasakan dengan landasan rasa kebersamaan (socialism bukan nasionalism) yang masih saya miliki sebagai bagian dari rakyat yang katanya sudah MERDEKA ini hahahahaha..
soal mau pakai atau tidak, setuju atau sebaliknya itu terserah anda masing-masing, ini fikiran saya yang berarti bukanlah suatu kewajiban anda untuk mengikuti  jika pendapat saya tidak sealur dengan pemikiran anda, sebab saya juga bukanlah pemerintah yang memrintah dan anda juga bukanlah rakyat yang selalu diperintah.